Simbiosis yang terjadi pada makhluk hidup dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
Simbiosis mutualisme = hubungan timbal
balik yang saling menguntunngkan
Simbiosis komensalisme = hubungan timbal
balik dimana menguntungkan salah satu pihak tetapi pihak yang lain tidak merasa
dirugikan.
Simbiosis parasitisme = hubungan timbal
balik yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lain.
Berikut ini saya akan mencoba untuk membahas
simbiosis-simbiosis ini dalam hubungan berpacaran masa kini. cekedot!
1. Simbiosis
mutualisme (baca : simbiosis dreamisme)
Idealnya hubungan
berpacaran memang harus menjalankan simbiosis yang seperti ini. Dimana hubungan
ini didasari atas cinta kasih yang tulus tanpa harap balasan tetapi mendapatkan
balasan. Rasio perasaan cinta antara pria dan wanita pada simbiosis ini
sangatlah seimbang.
Menjalankan simbiosis
seperti ini bukannya tanpa masalah (kesedihan), Cuma karena masalah (kesedihan)
pada simbiosis seperti ini sifatnya sangat minoritas dibandingkan keuntungan
(kebahagian) yang bersifat mayoritas sehingga nilai kesedihan yang mendekati
nol itu dapat diabaikan keberadaannya.
Pasangan yang
menjalankan simbiosis seperti ini biasanya berawal, berjalan, dan berakhir
happy ending seperti cerita-cerita dongeng.
Kenapa simbiosis
mutualisme dalam hubungan berpacaran saya sebut sebagai simbiosis dreamisme?
Karena pada kehidupan
nyata untuk mendapatkan hubungan yang menjalankan simbiosis seperti ini, sama
saja mengharapkan mimpi menjadi kenyataan dan dari sekian banyak mimpi di dunia
ini cuma beberapa yang menjadi kenyataan seperti halnya simbiosis ini semua
pasangan ingin menjalaninya tapi cuma beberapa yang berhasil.
Jangankan untuk
menjalani simbiosis seperti ini untuk menemukan orang yang menjalani simbiosis
seperti ini saja seperti mencari jerami di tumpukan jarum, kalaupun berhasil ya
dengan susah payah (tangan luka-luka).
2. Simbiosis
komensalisme (baca : simbiosis fungsikanisme)
Dalam hubungan
berpacaran simbiosis seperti ini lumayan sering ditemukan. Simbiosis seperti
ini terjadi karena rasio rasa cinta antara pria dan wanita yang tidak seimbang
namun masih dalam batas yang dapat ditolerir.
Dan biasanya dalam hal
ini kaum hawa lebih sering menjadi korban, mengapa sampai kaum hawa yang sering
menjadi korban?? Seperti yang kita tahu kalau wanita biasanya mempunyai rasa
cinta yang besar dan dalam sehingga seringkali biarpun pasangannya menarik
keuntungan berlebih dari dirinya layaknya lintah darat, wanita akan tetap
menganggap hal itu masih dalam batas kewajaran.
Salah satu contoh
penarikan keuntungan berlebih dari wanita oleh pria yaitu saat pria menggunakan
sifat keibuan seorang wanita untuk meminta “disusui”, tapi karena sifat keibuan
yang sudah menjadi sifat almiah dari wanita (di dukung oleh sifat makhluk hidup
yang menerima dan menanggapi rangsangan) maka wanitapun hanya akan mengikuti keinginan
pria itu tanpa merasa dirugikan.
Simbiosis seperti ini
dalam hubungan berpacaran saya sebut simbiosis fungsikanisme, sebab seperti
yang sudah dibahas, simbiosis ini menunjukan adanya pihak yang mengfungsikan
(memanfaatkan) oleh pihak lain.
Hubungan yang menganut
simbiosis seperti ini dapat bertahan jika adanya kesadaran untuk menghilangkan
perbedaan rasio cinta kasih diantara yang empunya hubungan, meskipun perbedaan
rasio tersebut masih dapat ditolerir. Jika tidak, hubungan ini bisa saja
berubah menjadi simbiosis parasitisme yang akan dibahas setelah ini.
3. Simbiosis
parasitisme (baca : simbiosis unfairisme)
Hubungan yang mengalami
simbiosis seperti ini biasanya diakibatkan karena keberlanjutan dari simbiosis
fungsikanisme atau karena memang dari awal hubungan ini dibangun dengan
didasari adanya modus tersembunyi yang bersifat buruk dari salah satu pihak
(biasanya pria).
Dan seperti simbiosis
fungsikanisme, yang sering menjadi korban dari simbiosis yang tidak sehat ini
yaitu wanita berkat kepolosannya dalam mencinta. Dan tokoh antagonisnya yaitu
pria dengan segala tipu muslihat yang seakan diperuntuhkan untuk wanita sebagai
wujud balas dendam kepada hawa karena telah mengajak adam jatuh ke dalam dosa.
Entah wanita sadar atau
tidak tetapi tahap PDKT merupakan tahap dimana cinta seorang pria berada pada
tingkatan paling tinggi khususnya untuk pria penganut simbiosis parasitisme
ini.
Pria seperti ini akan
punya prinsip “sedikit memberi tetapi harus banyak menerima”.
Sedikit pemberiannyapun
hanya sebagai “umpan tarik” untuk mendapatkan jiwa dan raga sang wanita (jiwa
dalam bentuk cinta,kasih sayang, pengertian, perhatian, dsb sedangkan raga ya
dari ujung kaki ke ujung kepala).
Setelah itu pria akan
mengolah semua pendapatannya itu menjadi kesenangan, kepuasan dan kebanggaan
lalu mengembalikan limbah olahan berupa kesedihan mendalam dan keterpurukkan
kepada sang wanita untuk ditanggung sendiri.
Inilah mengapa saya
menyebut simbiosis ini dengan sebutan simbiosis unfairisme karena memang disini
tidak ada keadilan sama sekali untuk wanita.
Hubungan yang mengalami
simbiosis seperti ini hampir dipastikan tidak dapat dipertahankan kalaupun bisa
dipertahankan pasti sepanjang perjalanannya dibasahi oleh air mata sang wanita.
Ada sedikit kemungkinan
untuk dipertahankan yaitu dengan insyafnya sang pria dipadukan dengan kesabaran
tingkat dewi kesabaran dari sang wanita.
Sebagai
penutup cuma mau bilang, bermimpilah untuk menjalani simbiosis dreamisme, bijaksanalah untuk
menjalani simbiosis fungsikanisme, serta bersabar, berharap, beriman, bertakwa,
berdoa, lalu menyerahlah dalam menjalani simbiosis unfairisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar